How To Bring Down A Nation

Sering kita amati di media massa dan internet beberapa media yang gencar memberitakan
berita palsu, media yang mengadu domba. Yang diserang selalu tokoh dan ideologi sebuah negara. Contohnya di negara kita Indonesia, pemimpin-pemimpin nasional kita seperti Gus Dur,Gus Mus,KH Aqil Siraj,Jokowi sampai Ahok selalu dijadikan sasaran tembak, mulai dari dikafirkan, difitnah , dihujat. Belum lagi ideologi suatu bangsa,contohnya Pancasila selalu diserang dg dipertanyakan kesahihannya secara agama, dikaitkan dg sesuatu yg buruk dll.

Padahal seperti kita ketahui Pancasila dan UUD 1945 adalah produk bersama yang mengakomodir semua golongan di negeri ini ratusan suku,13.000 lebih pulau semua dijadikan satu dalam NKRI Bhinneka Tunggal Ika, 

Perancang dasar negara Pancasila itu adalah 
1.Soekarno (Nasionalis)
2.Drs.Moh Hatta (Santri,Sumatera Barat)
3.Raden Ahmad Soebarjo Djojoadisoerjo (Kraton jawa)
4.Prof Moh Yamin (Minangkabau)
5.KH Abdul Wahid Hasjim (NU, anak dari Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyarii)
6.Abdul Kahar Muzakir (Rektor Universitas Islam Indonesia)
7.Haji Agus Salim (diplomat)
8.Alexander Andries Maramis (Kristen, Sulut)
Tujuannya membentuk suatu dasar pondasi negara yang mewadahi semua kepentingan di negeri ini. Membentuk sebuah negara yang kuat, berdaulat dan bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Kita sebagai generasi penerus dari pendiri negeri ini wajib tahu dan berhati-hati menyikapi hal tersebut, sudah menjadi rahasia umum bahwa negeri ini sudah pernah dijatuhkan oleh tragedi berdarah tahun 1965, dimana presiden saat itu membuat blunder dan hal tersebut dimakan oleh asing Inggris dan Amerika utk dijatuhkan akhirnya kita membayar dengan kejatuhan negeri ini selama 32 tahun. Semua kekayaan alam dan tambang dikuasai asing,mafia dan kartel.
Reformasi tahun 1998 berhasil menjatuhkan penguasa otoriter dukungan barat tapi tdk menghilangkan kekuatan finasial dan politiknya, terutama lewat media mereka mencoba mendelegitimasi pemimpin sah,mendemoralisasi masyarakat dengan fitnah dan adu domba.

Ada sebuah situs yang berhasil saya akses, berisikan sebuah tulisan oleh seorang purnawirawan kolonel intelijen Amerika. Silahkan anda baca :

How to Bring Down a Nation

If you were intent on bringing down a powerful rival whose philosophy, as originally founded, was strong, independent and entirely opposite from your own—a country that you would not want to confront militarily—how would you go about it?  The answer is simple; orchestrate the society’s destruction from within. 
(Bagaimana cara menjatuhkan sebuah negara rival yang filosofi negrinya kuat,mandiri dan berbeda dari anda? Sebuah negara yang anda segan utk berkonfrontasi secara militer? Buat perubahan dalam masyarakatnya, hancurkan dari dalam.)

Although possibly taking longer than a military victory and requiring great patience, the damage would be just as effective if not more so.  When you destroy from within, you do it by using that country’s own people, no blood is spilled in combat and the physical infrastructure is left intact.
(Meskipun cara itu memakan waktu lebih lama dari cara militerdan membutuhkan kesabaran, tapi dengan cara ini anda tdk akan perlu bersusah payah dan lebih efektif karena anda hancurkan dari dalam, lebih sedikit darah tertumpah dan kehancuran yg anda buat) 

In any country, there are but a few key areas that determine how the citizens mature, live, and develop their beliefs.  These are the focal points that must be attacked.  In his book, On War,Clausewitz referred to this concept of identifying and then focusing on select points as attacking the center of gravity
(Di sebuah negara dimana masyrakatnya telah dewasa dalam beragama perlu anda serang titik kuatnya yaitu pemimpinnya, menyerang pusat dari gravitasinya)

The center of gravity is that key element, if controlled or destroyed, would most hurt your opponent and is the critical factor in achieving your objective.  In this case, when taking control of or destroying a country from within, the key is to attack and control the mind of the inhabitants—you must shape the way people view life and the values upon which their life is based.  Shape the mind and you control their direction.  Control their direction and you can lead them down a pathway to hell.
(Cara ini harus menyerang titik kritis dari negeri itu yaitu mengambil kontrol dan menghancurkan dari dalam, kuncinya adalah menyerang dan mengambil alih kepercayaan dari masyarakatnya, arahkan tujuan mereka menuju kehancuran yang kita harapkan)

The centers of gravity I would shape in orchestrating a country’s downfall from within are its perception of truth, its future generations, the political philosophy, its sense of nationalism and of course, the economy.
(Pusat dari gravitasi sebuah negara bisa berupa persepsi tentang kebenaran, generasi muda, dasar negara,rasa nasionalisme dan tentu ekonomi,itu yang harus menjadi target, belokkan,ambil alih dan jatuhkan.)

To shape truth, control the media:  Most people absorb what they know about life from the major media centers these days.  The media paints the picture for all to see.  If that picture is constantly distorted, lies become accepted as truth, i.e. tell enough lies repeatedly and soon those lies are accepted as fact.   Spin and concoct, distort and influence using the public platforms such as television, radio and print and you can influence, sway and control the mind of the vast majority of its population in any area you choose.  This subversive influence includes pitting one group against another in order to foment internal discord as well as ridiculing, discrediting and challenging moral principles and national values in order to destroy any hint of a strong spiritual foundation or allegiance to a unique national culture.  This is a much easier task if many in your target audience have become lazy, ill-educated, ill-informed, unthinking and apathetic.
(Sebagian besar masyarakat mengambil media massa sebagai rujukan, buatlah sebuah tipuan sebagai kebenaran, buatlah distorsi dalam pemahaman, buatlah kebohongan sebagai kebenaran dan tanamkan dalam benak mereka menggunakan media.Pengaruh subversif ini bisa berupa penjatuhan moral pemimpin, mempertanyakan nilai2 dasar nasional mereka, hal ini bisa menjadi semakin gampang bila masyarakat negeri itu adalah tipikal pemalas, tdk terpelajar, buta informasi,berpikiran kerdil dan apatis)

To shape future generations, control the schools: Incrementally indoctrinate the children with principles that are sympathetic to your philosophy.  Make future generations weak in mind, body and spirit.  Avoid teaching children the basic facts about their own history, constitution or rights.  Teach them that natural aggression is wrong and docile submission is right.  Teach them that any basis of a moral foundation, like the principles of religion, is a weakness to be avoided in the name of freedom and also redefine the concept of patriotism to support your views.  Teach them to cast off old values and traditions in the interest and name of sensitivity—after all, we wouldn’t want to offend anyone with our old fashioned or traditional beliefs now would we?  And guns, guns are wicked, dangerous, and socially unacceptable—an evil that must be eradicated from society—for the good of the children of course. 
(Untuk membentuk generasi muda mereka kontrolah sekolah-sekolah mereka, buatlah langkah ekstrim doktrinasi, buatlah mereka simpati dengan filsafah yg kita berikan.Buatlah generasi muda mereka lemah dalam berpikir,jiwa dan tubuhnya. Berikan ajaran kepada mereka bahwa kepercayaan dan filsafah negara mereka salah, ajari mereka bahwa tradisi dan budaya mereka tdk dapat diterima, buatlah mereka tanpa identitas dan kebanggaan nasional, buatlah mereka tdk bersimpati pada tentara nasional mereka)

To shape the political philosophy, infiltrate the government:  Whenever and wherever possible place those sympathetic to your philosophy into office at all levels—the higher, the better—so they can sway the direction of the country within every function of government, promising solutions, handouts and benefits for all.  In such a way you can tilt legislation toward incrementally increasing the control of and dependency on government—a government that you are shaping.  Concurrently, if you can pack the courts with appointed judges who will not hold you accountable to the law and its constitution, you can act with virtual impunity.  Infiltration at the highest levels can also be employed to weaken the military through budget cuts, unwarranted restrictions and over commitment, degrading both force morale and effectiveness.  A country without a strong military is like a bull without horns or a tiger without claws—defenseless and vulnerable.
(Untuk membentuk filosofi politiknya, masuklah dalam pemerintahan mereka, sedapat mungkin rekrutlah orang2 yang bersimpati pada filosi baru yg anda buat, buatlah mereka menjadi orang2 anda yg memiliki pengaruh dalam negeri itu,dalam beberapa hal anda juga bisa masuk dalam perpolitikan mereka, buatlah pemerintahan yg sah tidak stabil, buatlah pemotongan anggaran militer mereka, sebuah negara tanpa militer yang kuat seperti negara yang tanpa daya dan tdk berdaulat)

To shape the sense of nationalism, dilute the culture and the language:  A strong society has at its foundation a unique culture and a common language.  Simply put, it is the culture and language which ultimately defines and unites a nation.  If you can manipulate these two critical elements through legislative action and social pressure, you can weaken the foundation of any country.  How?  Introduce and eventually force the acceptance of a multi-cultural concept and refuse to accept a common tongue as the official language.  In short, prevent cultural assimilation and undermine any sense of nationalism.  Encourage and orchestrate a mosaic society rather than a melting pot and you will eventually mortally wound the national fabric.  
(Untuk membentuk rasa nasionalisme yg rapuh, hancurkan budaya dan bahasa nasional mereka, sebuah negara yang kuat harus memiliki budaya dan bahasa nasinal yang kuat, jika anda bisa memanipulasi ini anda akan bisa menghancurkan mereka dari dalam)

To shape the economy, spend, spend, spend and tax, tax, tax:  A country with a strong economy is financially independent and its people unlikely to look toward the government for much of anything.  If free people don’t depend on their government, that government has limited sway over them.  By legislating large sums from the public treasury you accomplish two important goals. First you create dependents of the public and private business that are now subject to conditions, rules and regulations you dictate.  Secondly, you are putting that country into unsustainable debt, reducing the value of the currency while undermining its economy.  And of course, to support all this spending, you now make the case that the people must “invest” in all these government provided “benefits” so you tax them relentlessly stealing money from their pockets and independence from their lives.  Eventually, if you tax and spend enough, you financially oppress the people to the point of serfdom and overload their economic structure to the point of collapse.
(Menghancurkan ekonominya, buatlah menjadi negara boros,korup dan pajak yang tinggi,buat disharmoni dalam negerinya,sebuah negara dengan ekonomi yang kuat adalah negara yang kuat, pertama anda masuk masuk dalam bisnis mereka, masuklah dalam lingkaran ekonomi,buat kontrol dalam kebijakan ekonominya,buat kehancuran dari dalam)

Through patient manipulation and clever coordination of these few centers of gravity, you can, in time, weave the downfall of even the most powerful nation, using its own citizens and systems to orchestrate the destruction. 
(Dengan manipulasi yg pelan dan koordinasi yg hebat dan beberapa bidikan dlm pusat gravitasinya, gebrakan kejatuhan akan timbul dalam sebuah negara yang besar sekalipun,itu hanya dgn menggunakan rakyat mereka dan sistem mereka sendiri)

The irony is that in just a few generations, the indoctrinated masses will be convinced this trail which has been shaped for them is truly the enlightened path for mankind and they will unwittingly look forward to the trip!  You have thus taken control of a powerful rival without firing a shot or spilling a drop of blood.
(Sebuah ironi dalam sejarah sebuah indoktinasi bagi sebuah negara akan dipercayai sebagai sebuah kebenaran dan anda akan dapat menguasai sebuah negara tanpa melepas sebuah peluru ataupun menumpahkan darah)

Web ini sudah ditutup, tapi sempat saya akses dan copy. Saya sering melihat ada beberapa disttorsi tentang agama,budaya,pemutar balikan fakta dll
Beberapa media televisi nasional sudah menjadi agen penjatuhan negeri ini,saya tdk tahu apakah karena itu ambisi politik pribadi ataukah mereka sudah menjadi kaki tangan kekuatan asing spt tertulis diatas.

Marilah kita rakyat negara Kesatuan Republik Indonesia sadar,bahwa negeri ini pernah jatuh dan sekarang bangkit kembali, bersikaplah waspada terhadap demoralisasi agama,budaya dll dan de legitimasi pemimpin2 kita yg benar. Jangan sampai negeri besar dan hebat ini jatuh kembali utk kesekian kalinya.


Ditulis Oleh : Ronny Leung
Admin Grup Sahabat Gus Dur.
FB :https://www.facebook.com/godzilla.ronny

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekerjaan Rumah Dari Gus Dur (Oleh : Ievyani Liebedich)

6 Prinsip Bela Negara Atas Pemahaman Sejarah (Oleh : Ayah Debay)

Piagam Madinah,Pancasila dan UUD 1945 (Semangat Persatuan Dalam Bernegara)