Bhinneka Tunggal Ika dalam Islam (Oleh:Amiruddin Faisal)

Dalam khazanah ke-nusantaraan kita dikenal istilah bhinneka tunggal ika. istilah ini untuk mendeskripsikan dan sebagai petunjuk bahwa para bapak dan ibu pendiri bangsa ini sadar akan keragaman bangsa indonesia ini. dalam istilah modern bhinneka (kemajemukan) ini kemudian sering diterjemahkan dengan pluralisme. dalam wacana modernitas,pluralisme merupakan bentuk kesadaran baru yang mulai mengubah paradigma lama yang monolitik dalam doktrin agama,sosial, politik dan lainnya yang ditumbuhkan untuk perdamaian dan kerjasama serta menghilangkan prasangka dan truth claim. sejarah mencatat bahwa akibat kurangnya kesadaran tersebut,beberapa konflik terus menghiasi arena panggung dunia ,khususnya di indonesia.

Istilah pluralisme sendiri sebenarnya berasal dari bahasa latin : pluralis yang berarti jamak. lawan katanya adalah monisme,dualisme,atau uniter. pluralisme berarti suatu pandangan bahwa realitas itu tidak tunggal,tetapi berlapis secara independen dengan keutuhannya masing-masing. dalam bahasa islam- kemajemukan merupakan sunnatullah atau taqdir. kemajemukan adalah sebuah keniscayaan. apalagi kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada suatu masyarakatpun yang benar benar tunggal,tanpa ada unsur unsur perbedaan didalmnya. bahkan istilah pesatuan (keadaan bersatu) sebenarnya kebanyakan terjadi dalam keadaan berbeda beda.

Kemajemukan (pluralisme) terdapat dalam berbagai hal : agama, kebenaran,kebudayaan,ilmu,ras, dan lain sebagainya. pluralisme juga dapat kita jumpau dimana mana. karena pluralisme adalah sebuah takdir,maka kesadaran pluralisme tidak melulu berhenti pada percaya akan adanya kemajemukan,tapi lebih jauh dari itu adalah ketetlibatan aktif didalamnya. Seorang pluralis adalah orang yang dapat berinteraksi secara positif dalam lungkungan dan lingkaran kemajemukan. maka sikap yang harus dikembangkan bukanlah su'udzan tetapi husnudzan,sehingga pemahaman pluralisme bukan saja menghendki adanya pengakuan eksistensi dan hak hak orang lain,tapi lebih dari itu adalah terlibat dalam usaha mengetahui dan memahami perbedaan tersebut. karena al-qur'an secara jelas dan gamblang menegaskan bahwa perbedaan itu agar diketahui dan dikenali.

Mengenali perbedaan sangat penting,sebab tanpa mengenali ini,maka manusia akan menuai kegagalan dalam kemanusiaannya. konflik dan tragedi kemanusiaan adalah buah atau hasil langsung dari kegagalan tersebut. dalam beberapa teks alqur'an ,pluralisme bukan saja kehendak Tuhan,tetapi juga kehendak sejarah (lihat Qs. almaidah 48), (Qs. Hud 118) dan semuanya itu dimaksudkan agar manusia berlomba lomba dalam mencari dan menempuh kebaikan (Qs. al-baqarah 147) dan saling mengenal potensi masing masing sehingga tumbuh sikap bersama yang sehat seperti menggunakan segi segi kelebihan masing masing untuk mewujudkan kemaslahatan dimasyarakat dan saling menutupi kekurangan masing masing. oleh karena itu dalam ayat tersebut diatas ditegaskan keunggulan seseorang tidak ditentukan oleh warna kulit,suku,bahasa,dan lainnya,tetapi prestasi baiknya yang secara singkat dideskripsikan dengan istilah taqwa.

Yang perlu saya garis bawahi bahwa pluralisme bukan berarti relativisme absolut dan sinkretisme. sebab, pluralisme bukan berarti menafikan adanya persamaan dan kebenaran yang relatif universal. dalam setiap perbedaan ,pasti adanya persamaan dan kesatuan. hal ini seperti ditegaskan sebelumnya,persamaan itu adalah kemanusiaannya. oleh karena itu agar tidak terjatuh pada pluralisme yang mengarah pada relativesme,maka seorang pluralis dituntut untuk commited terhadap apa yang diyakininya. kemudian pluralisme bukan berarti mencampur adukkan dan memadukan unsur unsur tertentu saja yang menguntungkan dan mengarah pada pengaburan,tapi lebih dari itu adalah bagaimana perbedaan itu memperkaya pengalaman kita menjadi manusia memanusiakan manusia untuk mengenal tuhan kita.

#sayangilah siapa saja yang di bumi
maka yang dilangit akan menyayangi kalian.
wallahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekerjaan Rumah Dari Gus Dur (Oleh : Ievyani Liebedich)

6 Prinsip Bela Negara Atas Pemahaman Sejarah (Oleh : Ayah Debay)

Piagam Madinah,Pancasila dan UUD 1945 (Semangat Persatuan Dalam Bernegara)